PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Aset
Tetap atau Aktiva Tetap dalam akuntansi adalah aset
berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang
atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administratif; dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Jenis aset tidak lancar ini
biasanya dibeli untuk digunakan untuk operasi dan tidak dimaksudkan untuk
dijual kembali. Contoh aset tetap antara lain adalah properti, bangunan, pabrik, alat-alat
produksi, mesin, kendaraan
bermotor, furnitur, perlengkapan kantor, komputer, dan lain-lain.
Beban –beban selama masa
penggunaan aktiva tetap seperti Reparasi dan
pemeliharaan, Penggantian, Penambahan , Depresiasi aktiva tetap. Aset tetap biasanya memperoleh keringanan dalam
perlakuan pajak. Semua
bentuk aset tetap
dikenai penyusutan atau depresiasi Kecuali tanah atau lahan, aset tetap
merupakan subyek dari depresiasi atau
penyusutan artinya nilai aktiva tetap selain tanah, misalnya mobil, berkurang
seiring dengan realisasi masa umur pemanfaatannya, sampai ketika masa guna itu
habis, nilai aktiva mobil yang bersangkutan adalah nol. Secara umum perusahaan dalam menentukan depresiasi biasanya menggunakan metode penetapan nilai penyusutan
yang dapat digunakan untuk menghitung nilai penyusutan dari suatu aktiva tetap.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Sesuai
dengan Tema makalah ini “Isi Teknik Depresiasi
Aktiva Tetap” maka penulis akan memaparkan
atau membatasi masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut
Pengertian
Depresiasi
Metode Penyusutan
Alasan
Kenapa Aktiva Tetap Disusutkan
Faktor –
Factor Yang Mempengaruhi Biaya Depresiasi
1.3 TUJUAN PENULISAN
Dapat
memahami apa yang dimaksud Deprsiasi.
Mengetahui
metode Penyusutan dalam menentukan nilai Depresiassi
Mengetahui
alasan kenapa aktiva tetap disusutkan
Mengetahui
faktor – factor yang mempengaruhi biaya depresiasi
I.4 METODE PENULISAN
Dari banyak metode yang penulis
ketahui, penulis menggunakan metode kepustakaan. Pada zaman modern ini metode
kepustakaan tidak hanya berarti pergi ke perpustakaan tapi dapat pula dilakukan
dengan pergi ke warung internet (warnet). Penulis menggunakan metode ini karena
jauh lebih praktis, efektif, efisien, serta sangat mudah untuk mencari bahan
dan data – data tentang topik ataupun materi yang penulis gunakan untuk karya
tulis ini.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Depresiasi
Depresiasi adalah mengalokasian harga perolehan aktiva tetap menjadi beban ke dalam
periode akuntansi yang menikmati manfaat dari aktiva tetap tersebut. Depresiasi
juga dapat didifinisikan yaitu sebagian
dari Harga perolehan suatu aktiva berwujud yang dialokasikan atau diakui
sebagai biaya baik setiap tahun atau setiap bulan setiap periode akuntansi. Menurut Psak No. 17 depresiasi adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang
dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi yang akan dibebankan ke
pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung.
II.2 Metode Penyusutan
Dasar penyusutan aktiva tetap adalah harga perolehan
dan nilai buku. Jika setelah masa pakai dianggap masih memiliki nilai (nilai
sisa), maka dasar penyusutan adalah harga perolehan dikurangi nilai sisa. Nilai
sisa adalah taksiran harga pasar aset tetap pada akhir masa manfaat. Beban
penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan.
Ada beberapa
metode penetapan nilai penyusutan yaitu;
1. Metode Garis Lurus (Straight Line)
Berdasarkan
berlalunya waktu
jumlah penyusutan sama sepanjang masa manfaat
Beban
penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan
atau Depresiasi = Hrg. Perolehan – nilai sisa .
Taksiran umur ekonomis aktiva
Dasar
penyusutan = Harga Perolehan –Nilai Sisa
Keterangan
: A = harga peorlehan(aktiva)
S = nilai sisa ( residu )
n : umur manfaat
r : tingkat penyusutan atau persentase
D : beban penyusutan tiap periode
D =
r =
Si = A- iD= A(1-ir) dengan
Si = menyatakan nilai buku akhir periode ke-i
Sn = S= nilai sisa,
Sn = A – nD = A(1-nr)
Contoh :
Sebuah motor dibeli dengan harga
Rp.14.000.000 ,diperkirakan umur manfaatnya tahun dengan nilai sisa
Rp.2.000.000,00 tentukanlah :
a.
Persentase penyusutan
b.
Beban penyusutan tiap tahun
c.
Nilai buku akhir tahun – 3,
d.
Buatlah daftar penyusutan
Jawab:
Diketahui
a.
A= Rp.14.000.000 ,D = Rp.2.000.000
dan n = 6
r =
x `100 %
=
x 100%
= 14,29
%
Jadi ,
tingkat penyusutan tiap tahun adalah 14,29 %
b.
D =
=
= 2.000.000
Jadi
, beban penyusutan tiap tahun adalah Rp2.000.000
c.
Si = A-iD
S3= A-3D
=
14.000.000-(3x 2.000.000)
= 8.000.000
Jadi, nilai buku akhir tahun
ke-3 adalah Rp8.000.000
Contoh :
Taksiran masa manfaat 5 tahun, maka
tarif penyusutan = 100% : 5 = 20% per tahun. Jika ada nilai sisa 20%, maka
tarif penyusutan = (100% ‐20%) : 5 = 16% per tahun
2. Metode Jam Jasa (service hours method)
Metode ini
biasanya digunakan untuk mesin produksi dan kendaraan.
Dengan
asumsi bahwa aktiva tersebut akan cepat rusak bila digunakan dengan waktu
penuh.
Beban
penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan
atau Depresiasi = Hrg. Perolehan – nilai sisa .
Taksiran jam pemakaian total
Dasar
penyusutan = Harga Perolehan –Nilai Sisa
Contoh :
Mesin dengan
harga perolehan Rp. 6,000, nilai
sisa Rp. 400 dengan asumsi mesin
tersebut dapat digunakan selama 10,000jam depresiasi per-jam dapat dihitung
dengan cara :
Tarif Depresiasi = (Rp. 6,000 - Rp. 400) : 10,000
= Rp. 0.56/jam
Apabila pada tahun pertama mesin dipakai selama 2,000
jam maka biaya depresiasinya adalah = 2,000 x Rp. 0.56 = Rp.
1,120
3. Metode Saldo Menurun (Declining Balance)
Beban
penyusutan menurun sejalan dengan berlalunya waktu (dari tahun ke tahun)
Makin tua
aset, makin berkurang kemampuan memberikan manfaat juga menurun
Dasar
penyusutan = Nilai Buku Awal Periode
Nilai Buku
Awal Periode = Nilai Perolehan –Akumulasi Penyusutan
Umumnya
tarif penyusutan = 2 x tarif metode garis lurus.
4. Metode Persentase Tetap dari Nilai Buku (Double Declining Method)
Menggunakan
metode beban ini penyusutan makin lama makin berkurang sesuai umur aktiva.
Metode ini besar beban penyusutan tiap periode diperoleh dengan cara mengalikan
tingkat penyusutan (r) dengan nilai buku awal periode pada periode yang
bersangkutan. Perhatikan uraian berikut
Nilai buku akhir tahun ke-1:
Sı = A – rA = A (1 – r)
Nilai buku akhir tahun ke-2:
S2 = Sı – rSı = Sı (1 –
r) = A(1 – r)(1 – r) = A(1 – r)²
Sehingga, nilai buku akhir tahun ke-i dirumuskan sebagai berikut
Sᵢ = A (1 – r) ͥ
Jika
i = n, maka Sᵢ = Sn . Sᵢ merupakan
nilai sisa. Sehingga
Sn
= S = A (1 – r)ⁿ
= (1 – r)ⁿ
= 1 – r
r = 1 -
Jadi,
r = (1 -
) x 100%
Beban
penyusutan (D) untuk tahun yang ke-i (D)
adalah
Di
= rSᵢ-ı
= rA(1 – r) ͥ-ı
Dengan i
= 1, 2, 3, . . . n
Jika i =
n, beban penyusutan untuk tahun ke-n:
Dn = rA(1 – r) ⁿ-ı
Contoh:
Nilai
perolehan suatu aktiva adalah Rp4.000.000,- dengan perkiraan umur manfaat 10
tahun dan nilai residu adalah Rp500.000,- dengan menggunakan metode tetap dari
nilai buku, Hitunglah:
a. Persentase
penyusutan yiap tahun
b. Beban
penyusutan tahun ke-5
c. Nilai
buku pada tahun ke-6
d. Buatlah
daftar penyusutan
Diketahui:
A = Rp4.000.000,- n = 10 dan S = Rp500.000,-
a. r = (1
-
)
x 100%
=
(1
-
) x
100%
= (1 – 0,81225) x 100%
= 0,18775 x 100%
= 18,78%
Jadi tingkat
penyusutan tiap tahun adalah 18,78%
b. Dn = rA (1 – r) ⁿ- ı
D5
= rA (1 – r)5- ı
D5
= rA (1 – r)4
=
(0,18775)
x (Rp4.000.000,00) x (1 – 0,18775)4
=
(0,18775) x (Rp4.000.000,00) x (0,435270145)
=
Rp326.887,88
Jadi,
besar penyusutan akhir tahun ke-5 adalah Rp326.887,88
c. Sı =
A (1 – r)7
= Rp4.000.000,00 (1 – 0,18775)6
= Rp4.000.000,00 (0,81225)6
= Rp4.000.000,00 x 0,287169505
= Rp1.148.678,02
Jadi,
nilai buku akhir tahun ke-6 adalah Rp1.148.678,02
d. Daftar
penyusutan
Tahun
|
Nilai Buku
|
Persentasi
|
Beban
|
Akumulasi
|
Nilai Buku
|
Ke-
|
Awal Tahun
|
Penyusutan
|
Penyusutan
|
Penyusutan
|
Akhir Tahun
|
|
(Rp)
|
(%)
|
(Rp)
|
(Rp)
|
(Rp)
|
1
|
4.000.000,00
|
18,78%
|
751.200,00
|
751.200,00
|
3.248.800,00
|
2
|
3.248.800,00
|
18,78%
|
610.124,64
|
1.351.324,64
|
2.638.675,36
|
3
|
2.638.675,00
|
18,78%
|
495.543,23
|
1.856.867,87
|
2.143.132,13
|
4
|
2.638.675,36
|
18,78%
|
402.480,21
|
2.259.348,09
|
1.740.651,91
|
5
|
1.740.651,91
|
18,78%
|
326.894,43
|
2.586.242,52
|
1.413.757,48
|
6
|
1.413.757,48
|
18,78%
|
265.503,66
|
2.851.746,17
|
1.148.253,83
|
7
|
1.148.253,83
|
18,78%
|
215.642,07
|
3.067.388,24
|
932.611,76
|
8
|
932.611,76
|
18,78%
|
175.144,49
|
3.242.532,73
|
757.467,27
|
9
|
757.467,27
|
18,78%
|
142.252,35
|
3.384.785,08
|
615.214,92
|
10
|
615.214,92
|
18,78%
|
115.537,36
|
3.500.322,44
|
499.677,56
|
5.
Metode Jumlah Bilangan Tahun (Sum of The
Years Digits Method)
Metode ini beban
penyusutan tiap tahun makin kecil, karena beban penyusutan dari tahun ke tahun
menggunakan pecahan – pecahan menurun. Pembilang dari pecahan tersebut adalah
bilangan tahun yang menurun dengan waktu yang berlawanan sedangkan penyebutnya
adalah jumlah bilangan tahunnya. Perhatikan uraian berikut
Misalkan
umur manfaat aktiva adalah n, dimana n
A dan penyebutnya adalah b dimana
b = 1 + 2 + 3 + . . . + n =
maka pembilang untuk tahun ke-i adalah
tᵢ = (n + 1) – i. Sehingga tingkat penyusutan pada tahun ke-i (rᵢ) adalah:
rᵢ =
Dan
beban penyusutan pada tahun ke-i (Dᵢ) adalah:
Dᵢ = rᵢ (A – S)
Nilai sisa padatahun ke-i (Sᵢ) adalah nilai perolehan (A)
dikurangi akumulasi beban penyusutan sampai tahun ke-i
Sehingga:
Sᵢ = A -
atau Sᵢ = A – (A – S)
Contoh :
Sebuah
mesin diperoleh seharga Rp10.000.000,00 dengn umur manfaat 6 tahun. Nilai sisa
mesin tersebut diperkirakan adalah Rp2.000.000,00. Dengan metode jumlah bilangan
tahun, tentukanlah:
a. Tingkat
penyusutan tiap tahun
b. Beban
penyusutan pada tahun ke-4
c. Nilai
buku pada akhir tahun ke-5
d. Buatlah
daftar penyusutannya
Diketahui:
A = Rp10.000.000,00 n
= 6 dan S = Rp2.000.000,00
a. Penyebut
(b) =
=
=
=
21
Tingkat penyusutan pada tahun ke-i (r):
ri
=
=
maka
r
=
=
r4
=
=
r2
=
=
r5
=
=
r3
=
=
r6
=
=
b.
Di
= ri (A – S)
D4
= r4 (A – S)
=
(Rp10.000.000,00 –
Rp2.000.000,00)
=
(Rp8.000.000,00) =
Rp1.142.857,14
Jadi,
beban penyusutan pada tahun ke-4 adalah Rp1.142.857,14
c.
S
= A – (A – S)
S
= A – (A – S)
= Rp10.000.000,00 – (Rp10.000.000,00 –
Rp2.000.000,00) x
= Rp10.000.000,00 – (Rp8.000.000,00 x
= Rp10.000.000,00 – Rp7.619.047,62
= Rp2.380.952,38
Jadi,
nilai buku mesin tersebut pada tahun ke-5 adalah Rp2.380.952,38
d.
Daftar penyusutan
Tahun
|
Tingkat
|
A - S
|
Beban
|
Akumulasi
|
Nilai Sisa
|
Ke-
|
penyusutan
|
(Rp)
|
Penyusutan
|
Penyusutan
|
Akhir Tahun
|
|
|
|
(Rp)
|
(Rp)
|
(Rp)
|
1
|
|
8.000.000,00
|
2.285.714,29
|
2.285.714,29
|
7.714.285,71
|
2
|
|
8.000.000,00
|
1.904.761,90
|
4.190.476,19
|
5.809.523,81
|
3
|
|
8.000.000,00
|
1.523.809,52
|
5.714.285,71
|
4.285.714,29
|
4
|
|
8.000.000,00
|
1.142.857,14
|
6.857.142,86
|
3.142.857,14
|
5
|
|
8.000.000,00
|
761.904,76
|
7.619.047,62
|
2.380.952,38
|
6
|
|
8.000.000,00
|
380.952,38
|
8.000.000,00
|
2.000.000,00
|
Jumlah
|
8.000.000,00
|
|
|
6. Metode Satuan Jam Kerja (Service-Hours Method)
Dengan
metode ini taksiran manfaat suatu aktiva dianggap berkurang sesuai dengan masa
pakai aktiva tersebut. Aktiva dengan umur manfaat n tahun dioperasikan selama j
jam kerja, dimana J = J1+ J2 + J3 + .
. . + Jn dan J adalah jumlah jam
kerja aktiva tersebut per tahun, maka tingkat penyusutan tiap jam kerja adalah:
r =
Besarnya
beban penyusutan tahun ke-i:
Dᵢ
= jᵢ x r = jᵢ x
Nilai
buku pada akhir tahun ke-i (S):
Sᵢ
= A – r
Jika
i = n maka nilai sisa pada akhir
tahun ke-i adalah:
Sᵢ
= Sn = S = A – r
Sn = A – rJ
Contoh :
Sebuah
mesin fotocopy diperoleh dengan harga Rp8.000.000,00 dengan umur manfaat 5
tahun. Setelah itu harganya diperkirakan Rp1.000.000,00. selama 5 tahun
tersebut mesin tersebut dioperasikan sebagai berikut: tahun I dioperasikan
selama 2.300 jam, tahun II 2.500 jam, tahun III 2.000 jam, tahu IV 1.000 jam,
dan tahun V 2.200 jam. Tentukan:
a.
Tingkat penyusutan tiap jam kerja mesin
tersebut
b.
Beban penyusutan tahun ke-4
c.
Nilai buku akhir tahun ke-3
d.
Buatlah daftar penyusutannya
Solusi:
Diketahui
= A = Rp 8.000.000,00, n = 5, j1 = 2.300, j2 = 2.500, j3
= 2.000, j4 = 1.000, dan j5 = 2.200
a. r
=
=
=
=
Rp 700,00
jadi, tingkat
penyusutan tiap jam kerja mesin fotokopi tersebut adalah Rp 700,00
b. Di
= ji × r
D4 =
j4 × r = 1.000 × Rp700,00 = Rp 700.000,00
Jadi penyusutan
pada tahun ke-4 adalah Rp 700.000,00
c.
Jumlah jam kerja sampai akhir tahun ke-3
=
2.300 + 2500 + 2.000 = 6.800
Si =
A – r
S3 =
A – r
= Rp
8.000.000,00 – (Rp 700,00 × 6.800)
= Rp
8.000.000,00 – ( Rp 760.000,00 = Rp 3.240.000,00
Jadi
nilai buku pada akhir tahun ke-3 adalah Rp 3.240.000,00
d.
Daftar penyusutan
Tahun
ke
|
Nilai
buku akhir tahun (Rp)
|
Jam
kerja
|
Tingkat
penyusutan (Rp)
|
Beban
penyusutan (Rp)
|
Akumulasi
penyusutan (Rp)
|
Nilai
sisa akhir tahun (Rp)
|
1
|
8.000.000,00
|
2.300
|
700,00
|
1.610.000.00
|
1.610.000,00
|
6.390.000,00
|
2
|
6.390.000,00
|
2.500
|
700,00
|
1.750.000,00
|
3.360.000,00
|
4.640.000,00
|
3
|
4.640.000,00
|
2.000
|
700,00
|
1.400.000,00
|
4.760.000,00
|
3.240.000,00
|
4
|
3.240.000,00
|
1.000
|
700,00
|
700.000,00
|
5.460.000,00
|
2.540.000,00
|
5
|
2.540.000,00
|
2.200
|
700,00
|
1.540.000,00
|
7.000.000,00
|
1.000.000,00
|
jumlah
|
10.000
|
-
|
7.000.000,00
|
-
|
-
|
7. Metode Satuan Hasil Produksi (Productive – Output Methode)
Dengan
metode ini taksiran manfaat dinyatakan dalam kapasitas produksi yang
dihasilkan. Dasar penyusutannya adalah hasil perolehan dikurangi dengan nilai
sisa. Sedangkan beban prenyusutan tiap tahun diperoleh dengan mengalikan jumlah
pada produksi tahun yang bersangkutan dengan tingkat penyusutan.
r =
Jika n = Q = jumlah total produksi, maka:
r =
Jika Q =
q1 + q2
+ q3
+ …..+ q n,
beban penyusutan tahun ke-I adalah:
Di = qi
x r ↔ Di =
Jika jumlah produksi yang dapat dihasilkan
dari tahun ke-1 sampai tahun ke-I adalah q1 + q2+ q3
+ …..+ qi =
,
maka jumlah kumulatif penyusutan sampai tahun ke-i adalah:
=
r x
Sehingga nilai buku pada akhir tahun ke-i
adalah:
Si = A -
=
A – rQ
Contoh:
Sebuah
mesin diperoleh dengan harga Rp7.000.000,00 dengan perkiraan nilai sisa
Rp1.00.000,00 dan selama 4 tahun dapat menghasilkan 5.000 unit produksi dengan
perincian sebagai berikut: Tahun I menghasilkan 1.500 unit, tahun II menghasilkan
200 unit, tahun III
menghasilkan 1.000 unit, dan tahun IV menghasilkan 500 unit. Tentukan:
a. Tingkat
penyusutan satuan hasil produksi,
b. Beban
penyusutan pada tahun ke-2,
c. Nilai
buku pada akhir tahun ke-3,
d. Buatlah
daftar penyusutannya.
Jawab:
Diket: A=
Rp7.000.000,00 S= Rp1.00.000,00 n=4 q1= 1.500
q2=
2.000 q3= 1.000 q4=
500
a. r
=
=
= Rp1.200,00
Jadi
tingkat penyusutan adalah Rp1.200 untuk setiap satu unit hasil produksi.
Artinya setiap memproduksi 1 unit barang maka mesin tersebut berkurang harganya
sebesar Rp1.200,00
b. Di = qi x r
D2 = q2 x r
=
2.000 X Rp1.200,00
=
Rp2.400.000,00
Jadi
beban penyusutan pada tahun ke-2 adalah Rp2.400.000,00.
c. Jumlah
produksi sampai tahun ke-3 = q1 + q2 + q3
= 1.500 + 2.000 + 1.000
= 4.500
Si
= A -
Si
= A -
= Rp7.000.000,00 –
(Rp1.200,00 x 4.500)
= Rp7.000.000,00 – Rp5.400.000,00
= Rp1.600.000,00
Jadi nilai buku
pada akhir tahun ke-3 adalah Rp1.600.000,00.
d. Daftar
Penyusutan
Tahun
Ke-
|
Nilai buku
awal tahun
(Rp)
|
Satuan
Hasil
Produksi
|
Tingkat
Penyusutan
(Rp)
|
Beban
Penyusutan
(Rp)
|
Akumulasi
Penyusutan (Rp)
|
Nilai sisa
akhir tahun (Rp)
|
1
|
7.000.000
|
1.500
|
1.200
|
1.800.000
|
1.800.000
|
5.200.000
|
2
|
5.200.000
|
2.000
|
1.200
|
2.400.000
|
4.200.000
|
2.800.000
|
3
|
2.800.000
|
1.000
|
1.200
|
1.200.000
|
5.400.000
|
1.600.000
|
4
|
1.600.000
|
500
|
1.200
|
600.000
|
6.000.000
|
1.000.000
|
|
Jumlah
|
5.000
|
-
|
6.000.000
|
-
|
-
|
8. Metode Jumlah Angka‐Angka Tahun (Sum of Years Digit)
Dasar penyusutan adalah jumlah angka
tahun masa manfaat
Contoh:
o Masa manfaat
5 tahun, maka dasar penyusutan adalah 1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15
o Tarif
penyusutan tahun I = 5/15; Tarif penyusutan tahun II = 4 /15, dst.
o Beban
Penyusutan Tahun I = 5/15 x (Harga Perolehan –Nilai Sisa)
9. Metode Nilai Produksi (Unit of Production)
Dasar
penyusutan adalah kapasitas produksi yang dihasilkan selama aset dapat
digunakan (selama masa manfaat)
Tarif
Penyusutan = Produksi Aktual Tahun Berjalan / Kapasitas Produksi selama masa
manfaat
Contoh:
o Tarif
Penyusutan =245,000/1,000,000 x 100% = 24.5%
o Beban
Penyusutan = 24.5% x (Harga Perolehan –Nilai Sisa)
Tetapi secara umum biasanya
perusahaan menggunakan salah 1 dari banyak metode yang ada, biasanya yang
digunakan adalah metode garis lurus dan
metode saldo menurun karena dalam perpajakan, pajak penghasilan pasal 11,
metode yang boleh dalam pelaporan pajak adalah metode garis lurus dan saldo
menurun. (untuk lebih jelasnya lihat peraturan
atau UU pajak penghasilan pasal 11 dan penggolongan jenis – jenis harta dalam
Kep. Men. Keu. No. 138/KMK.03/2002)
Langkah‐Langkah Menghitung Penyusutan Aset
Tetap
1) Susun daftar
aset tetap dengan mengelompokkannya berdasarkan jenis;
2) Untuk masing‐masing jenis aset tetap tentukan masa manfaat;
3) Untuk masing‐masing aset tetap tentukan nilai sisa di akhir masa
manfaat;
4) Untuk masing‐masing aset tetap hitung dasar penyusutan, yakni nilai
perolehan dikurangi prakiraan nilai sisa;
5) Susun suatu
jadwal penyusutan untuk masing‐masing aset
tetap;
6) Terapkan
penyusutan secara berkala dengan metode garis lurus (straight line method)
II.3 Alasan Kenapa Aktiva Tetap Disusutkan
Alasan kenapa suatu perusahaan
melakukan penyusutan terhadap aktiva tetapnya yaitu karena suatu aktiva
tetap yang dimiliki oleh suatu perusahaan dengan tujuan untuk memproduksi barang atau jasa,
memasok barang atau jasa, disewakan, atau untuk administrasi kantor di taksir
dapat digunakan lebih dari 1 periode akuntansi dan Memiliki masa manfaat yang terbatas sehingga akan mengurangi nilai baik
nilai guna, nilai pemanfaatan dan kualiatas dari aktiva tersebut.
II.4 Faktor – Factor Yang Mempengaruhi Biaya Depresiasi
Ada beberapa Faktor – factor yang mempengaruhi biaya depresiasi diantaranya
sebagai berikut :
1 Harga
perolehan (hp) adalah uang yang dikeluarkan atau hutang yang timbul dari semua
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh suatu aktiva.
2 Nilai residu
(sisa) adalah nilai suatu aktiva jika aktiva tersebut habis masa manfaatnya,
ditukar dengan aktiva lain, atau dijual. Nilai ini merupakan estimasi.
3 Taksiran
umur ekonomis adalah umur kegunaan (masa
manfaat) dari suatu aktiva. Nilai ini merupakan taksiran berdasarkan cara-cara
pemeliharaan dan kebijakan yang dianut oleh perusahaan.
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Semua bentuk aset tetap dikenai penyusutan atau
depresiasi Kecuali tanah atau lahan, aset tetap merupakan subyek dari depresiasi atau
penyusutan artinya nilai aktiva tetap selain tanah, misalnya mobil, berkurang
seiring dengan realisasi masa umur pemanfaatannya, sampai ketika masa guna itu
habis, nilai aktiva mobil yang bersangkutan adalah nol. Depresiasi juga dapat didifinisikan yaitu sebagian dari Harga perolehan suatu aktiva berwujud yang dialokasikan atau
diakui sebagai biaya baik setiap tahun atau setiap bulan setiap periode
akuntansi.
Secara umum
perusahaan dalam menentukan depresiasi biasanya menggunakan beberapa metode penetapan nilai
penyusutan yaitu; Metode Garis Lurus, Metode jam
jasa, Metode Saldo Menurun, Metode Jumlah Angka‐Angka Tahun dan Metode Nilai Produksi. Tetapi secara umum biasanya perusahaan menggunakan salah 1 dari banyak
metode yang ada, biasanya yang digunakan adalah metode garis lurus dan metode
saldo menurun karena dalam perpajakan, pajak penghasilan pasal 11, metode yang
boleh dalam pelaporan pajak adalah metode garis lurus dan saldo menurun. (untik
lebih jelasnya lihat peraturan atau UU pajak penghasilan pasal 11 dan
penggolongan jenis – jenis harta dalam Kep. Men. Keu. No. 138/KMK.03/2002). Dalam
menentukan suatu keputusan untuk menyusutkan aktiva tetapnya tentu didasari
dengan alasan kenapa aktiva tetap disusutkan dan faktor – factor yang mempengaruhi biaya depresiasi.
III.2 USUL DAN SARAN
Makalah ini tentunya jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu masukan serta saran dari para pembaca sangat kami
harapkan demi tercapainya kesempurnaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1.
http://id.blogspot.org/wiki/aktiva_tetap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar