Selasa, 30 Juni 2015

PAIKEM



MAKALAH
PAIKEM
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
 Pembelajaran Inovatif











1.        AYU SUSANTI                                 (1331013)
2.        DEWI WIDIYASARI                                    (1331019)
3.        NINIK WINDARTI                           (1331074)
4.        NUR MAKIYAH                               (1331078)
5.        SULIS SETIYAWATI                       (1331100)


Dosen Pembimbing :
Lestariningsih. S. Pd,M.Pd.


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
JURUSAN  PENDIDIKAN MATEMATIKA
2015

BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Menurut Wijaya Kusumah (2009), dalam buku tips menjadi guru inspiratif kreatif dan inovatif, guru ideal adalah sosok guru yang mampu menjadi panutan dan selalu memberikan keteladanan. Ilmunya seperti mata air yang tak pernah habis.Semakin diambil semakin jernih airnya.Mengalir bening dan menghilangkan rasa dahaga bagi siapa saja yang meminumnya.Oleh karena itu suatu keniscayaan bagi seorang guru untuk selalu membimbing mengarahkan serta transfer of knowledge maupun transfer of value kepada anak didik dengan sangat baik dan ideal.
Menjadi Guru bukanlah hanya dengan melihat unsur finansial saja, tetapi sebagai panggilan jiwa dalam mengemban tanggung jawab peradaban yang besar bagi umat manusia dalam mendidik anak untuk menjadi manusia yang beradab karena hanya dengan pendidikanlah peradaban manusia bisa terwujud.
Untuk mewujudkan cita cita besar tersebut guru harus mempunyai pola pembelajaran kepada peserta didik dengan baik agar transfer of knowledge kepada anak bisa berlangsung dengan efektif dan mudah bagi siswa untuk menangkap pembelajaran dari guru.
Melalui tuntutan keprofesionalannya guru dituntut harus mampu mewujudkan proses belajar mengajar yang maksimal agar bisa efektif mencapai tujuan materi yang disampaikan, Sekaligus bisa memberi rangsangan kepada siswa agar kreatif dan aktif dalam pembelajaran. Untuk mewujudkan proses pembelajaran tersebut salah satunya dengan pola pembelajaran PAIKEM. Pada makalah ini akan dibahas berbagai permasalahan bagaimana penerapan program tersebut dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan





BAB II
PEMBAHASAN
1.             PENGERTIAN PAIKEM
PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.PAIKEM dapat didefinisikan sebagai: pendekatan mengajar (approach to teaching) yang digunakan bersama metode tertentu dan pelbagai media pengajaran yang disertai penataan lingkungan sedemikian rupa agar proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Dengan demikian, para siswa merasa tertarik dan mudah menyerap pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan.Selain itu, PAIKEM juga memungkinkan siwa melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan sikap, pemahaman, dan keterampilannya sendiri dalam arti tidak semata-mata “disuapi” guru.
2.             PENJABARAN PAIKEM
2.1         Pembelajaran Aktif
Secara harfiah active artinya: ”in the habit of doing things, energetic” (Hornby, 1994:12), artinya terbiasa berbuat segala hal dengan menggunakan segala daya.  Pembelajaran yang aktif berarti pembelajaran yang memerlukan keaktifan  semua siswa dan guru secara fisik, mental, emosional, bahkan moral dan spiritual.Guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, membangun gagasan, dan melakukan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman langsung, sehingga belajar merupakan proses aktif siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri. Dengan demikian, siswa didorong untuk  bertanggung jawab terhaap proses belajarnya sendiri.
Menurut Taslimuharrom (2008)  sebuah proses belajar dikatakan aktif (active learning) apabila mengandung:
1)  Keterlekatan pada tugas(Commitment)
    Dalam hal ini, materi, metode, dan strategi pembelajaran hendaknya bermanfaat bagi siswa (meaningful), sesuai dengan kebutuhan siswa (relevant), dan bersifat/memiliki keterkaitan dengan kepentingan pribadi (personal).


2)  Tanggung jawab (Responsibility)
Dalam hal ini, sebuah proses belajar perlu memberikan wewenang kepada siswa untuk berpikir kritis secara bertanggung jawab, sedangkan guru lebih banyak mendengar dan menghormati ide-ide siswa, serta memberikan pilihan dan peluang kepada siswa untuk mengambil keputusan sendiri.
3)  Motivasi (Motivation)
Proses belajar hendaknya lebih mengembangkan motivasi intrinsic siswa. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Dalam perspektif psikologi kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik (bukan ekstrinsik) karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergan­tung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan mencapai prestasi dan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, umpamanya, memberi pengaruh lebih kuat dan relatif lebih lang­geng diban­dingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orangtua dan guru. Motivasi belajar siswa akan meningkat  apabila ditunjang oleh pendekatan yang lebih berpusat pada siswa (student centered learning). Guru mendorong siswa untuk aktif mencari, menemukan dan memecahkan masalahnya sendiri. Ia tidak hanya menyuapi murid, juga tidak seperti orang yang menuangkan air ke dalam ember.
Alhasil, di satu sisi guru aktif dalam hal:
a.       Memberikan umpan balik;
b.      Mengajukan pertanyaan yang menantang; dan
c.       Mendiskusikan gagasan siswa.
Di sisi lain, siswa aktifantara lain dalam hal:
a.       Bertanyaataumeminta penjelasan;
b.      Mengemukakan gagasan; dan
c.       Mendiskusikan gagasan orang lain dan gagasannya sendiri.


2.2         Pembelajaran Inovatif
McLeod (1989:520) mengartikan inovasi sebagai: “something newly introduced such as method or device”.  Berdasarkan takrif ini, segala aspek (metode, bahan, perangkat dan sebagainya) dipandang baru atau bersifat inovatif apabila metode dan sebagainya itu berbeda atau belum dilaksanakan oleh seorang guru meskipun semua itu bukan barang baru bagi guru lain.
Untuk menjadi guru yang inovatif tentu saja guru harus menguasai dan mendalami materi yang diajarkan dengan menyesuaikan diri dengan pembaharuan-pembaharuan yang ada tidak hanya mengandalkan modal awal yang dia punya, Guru yang menguasai materi sebaiknya menulis singkat materi yang diajarkan, sehingga ia bisa menuangkan ide ide dan gagasan dinamisnya, juga menambahkan hal hal baru yang menjadi tuntutan dunia global.Ketika guru tersebut sudah inovatif sehingga sebagai siswa akan selalu menjadikan guru tersebut sebagai teladan dan figur idola bagi mereka, pada akhirnya siswa akan mempunyai panutan dalam belajar sehingga siswa tersebut juga inovatif dengan melihat gurunya yang kaya akan wawasan keilmuwan dan dengan cara yang inovatif dalam menyampaikan pembelajaran.
Pembelajaran inovatif  dapatmenyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan apabila dilakukan dengan cara meng- integrasikan media atau alat bantu terutama yang berbasis teknologi baru ataupun maju ke dalam proses pembelajaran tersebut. Sehingga, terjadi proses renovasi mental, di antaranya membangun rasa pecaya diri siswa. Penggunaan bahan pelajaran, software multimedia, dan microsoft power point merupakan salah satu alternatif.
Membangun sebuah pembelajaran inovatif bisa dilakukan dengan cara-cara yang di antaranya menampung setiap karakteristik siswa dan mengukur kemampuan atau daya serap setiap siswa.Sebagian siswa ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dan keterampilan dengan menggunakan daya visual (penglihatan) dan auditory (pendengaran), sedang sebagian lainnya menyerap ilmu dan keterampilan secara kinestetik (rangsangan/gerakan otot dan raga). Dalam hal ini, penggunaan alat/perlengkapan (tools) dan metode yang relevan dan alat bantu langsung dalam proses pembelajaran merupakan kebutuhan dalam membngun proses pembelajaran inovatif.
Alhasil, di satu sisi guru bertindak inovatif dalam hal:
a.       Menggunakan bahan atau materi baru yang bermanfaat dan bermartabat;
b.      Menerapkan berbagai pendekatan pembelajaran dengan gaya baru;
c.       Memodifikasi pendekatan pembelajaran konvensional menjadi pendekatan inovatif yang sesuai dengan keadaan siswa, sekolah dan lingkungan;
d.      Melibatkan perangkat teknologi pembelajaran.
Di sisi lain, siswa pun bertindak inovatif dalam arti:
a.       Merngikuti pembelajaran inoavtif dengan aturan yang berlaku;
b.      Berupaya mencari bahan atau materi sendiri dari sumber-sumber yang relevan;
c.       Menggunakan perangkat tekonologi maju dalam proses belajar.
Selain itu, dalam menerapkan  pembelajaran yang inovatif diperlukan adanya beraneka ragam strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam berbagai bidang studi. Adapun ragam strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran inovatif (Sukestyarno : 2007)meliputi:
1)        Examples non-examples, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.         Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran;
b.        Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui power point;
c.         Guru memberikan petunjuk dan peluang kepada siswauntuk memperhatikan/menganalisis gambar;
d.        Kelompok yang terdiri atas 2-3 siswa melakukan diskusi dan analisis mengenai bagian yang merupakan contoh dan bukan contoh, lalu mencatat hasilnya;
e.         Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya;
f.         Guru mengomentari dan memberi penjelasan mengenai materi sesuai dengan sesuai tujuan yang ingin dicapai;
g.        Simpulan.


2)        Numbered heads together, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.         Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor;
b.        Guru memberi tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya;
c.         Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya;
d.        Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka;
e.         Tanggapan dari teman yang lain ditampung, kemudian guru menunjuk nomor yang lain;
f.         Simpulan.
3)        Cooperative script, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.         Guru membagi siswa ke dalam sejumlah pasangan;
b.        Guru membagikan wacana/materi dan siswa membaca dan membuat ringkasannya;
c.         Guru dan siswa menetapkan siswa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siswa-siswa lain yang berperan sebagai pendengar;
d.        Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
            Sementara itu, para siswa pendengar: 1) menyimak,mengoreksi dan menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap; 2) membantu mengingatatau menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
a)       Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya.
b)       Simpulan dibuat oleh siswa bersama guru.
c)       Penutup
4)        Kepala bernomor struktur, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.         Siswa dibagi ke dalam sejumlah kelompok, dan setiap siswa anggota kelompok mendapat nomor;
b.        Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangkai misalnya: siswa No.1 bertugas mencatat soal, siswa No. 2 mengerjakan soal, dan siswa No. 3 melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya;
c.         Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar-kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa yang bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka;
d.        Melaporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain;
e.         Simpulan.
5)        Student Team Achievement Division (STAD),dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.         Membentuk kelompok yang anggotanya terdiri atas 4-5 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll);
b.        Guru menyajikan pelajaran;
c.         Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota yang sudah paham dapat  menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu paham;
d.        Guru memberikan kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis para siswa tidak diperbolehkan saling membantu;
e.         Memberi evaluasi;
f.         Simpulan.
6)Jigsaw (Model Tim Ahli), dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.         Siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim yang terdiri atas 4 siswa;
b.        Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda;
c.         Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan;
d.        Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka;
e.         Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh;
f.         Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi;
g.        Guru memberi evaluasi;
h.        Penutup.
7)Problem-based instructions (PBI),dengan langkah- langkah sebagai berikut:
a.         Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih;
b.        Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhu- bungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadual, dll.);
c.         Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masa- lah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah;
d.        Guru membantu siswa dalam merencanakan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya;
e.         Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
2.3         Pembelajaran Kreatif
 Kreatif (creative) berarti menggunakan hasil ciptaan,kreasi baru atau yang berbeda dengan sebelumnya. Pembelajaran yang kreatif mengandung makna tidak sekedar melaksanakan dan menerapkan kurikulum. Kurikulum memang merupakan dokumen dan rencana baku, namun tetap perlu dikritisi dan dikembangkan secara kreatif. Dengan demikian, ada kreativitas pengembangan kompetensi dan kreativitas dalam pelaksanaanpembelajaran dikelas termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber bahan dan sarana untuk belajar. Pembelajaran kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakankegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa dan tipe serta gaya belajar siswa.
Alhasil, di satu sisi guru bertindak kreatif dalam arti:
a.       Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang beragam;
b.      Membuat alat bantu belajar yang berguna meskipun sederhana.
Di sisi lain, siswa pun kreatif dalam hal:
a.       Merancangataumembuat sesuatu;
b.      Menulis atau mengarang.
2.4         Pembelajaran Efektif
Pembelajaran dapat dikatakan efektif (effective/ berhasil guna) jika mencapai sasaran atau minimal mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Di samping itu, yang juga penting adalah banyaknya pengalaman dan hal baru yang  “didapat“ siswa. Guru pun diharapkan memeroleh “pengalaman baru” sebagai hasil interaksi dua arah dengan siswanya.
Untuk mengetahui keefektifan sebuah proses pembelajaran, maka pada setiap akhir pembelajaran perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi yang dimaksud di sini bukan sekedar tes untuk siswa, tetapi semacam refleksi, perenungan yang dilakukan oleh guru dan siswa, serta didukung oleh data catatan guru. Hal ini sejalan dengan kebijakan penilian berbasis kelasatau penilaianauthenticyang lebih menekan- kan pada penilaian proses selain penilaian hasil belajar (Warta MBS UNICEF : 2006).
Ciri ciri guru efektif menurut Gary A. Dvis dan Margaret A. Thomas ( 1989) dalam buku Prof.Suyanto, Ph.D Menjadi Guru Profesional. Th. 2013 telah mengelompokkannya dalam empat kelompok besar, yaitu :
a)      Memiliki kemampuan yang terkait dengan iklim belajar dikelas.
b)      Kemampuan yang terkait dengan strategi mnajemen pembelajaran.
c)      Memiliki kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik (feedback) dan penguatan (reinforcement).
d)     Memiliki kemampuan yang terkait peningkatan diri.
Alhasil, di satu sisi guru menjadi pengajar yang efektif, jika:
a.       Menguasai materi yang diajarkan;
b.      Mengajar dan mengarahkan dengan memberi contoh;
c.       Menghargai siswa dan memotivasi siswa;
d.      Memahami tujuan pembelajaran;
e.       Mengajarkan keterampilan pemecahan masalah;
f.       Menggunakan metode yang bervariasi;
g.      Mengembangkan pengetahuan pribadi dengan banyak membaca;
h.      Mengajarkan cara mempelajari sesuatu;
i.        Melaksanakan penilian yang tepat dan benar.
Di sisi lain, siswa menjadi pembelajar yang efektif dalam arti:
a.       Menguasai pengetahuan dan keterampilan atau kompetensi yang diperlukan;
b.      Mendapat pengalaman baru yang berharga.
2.5         Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran yang menyenangkan (joyful) perlu dipahami secara luas, bukan hanya berarti selalu diselingi dengan lelucon, banyak bernyanyi atau tepuk tangan yang meriah. Pembelajaranyangmenyenangkan adalah pembelajaran yang dapat dinikmati siswa.Siswa merasa nyaman, aman dan asyik.Perasaan yang mengasyikkan mengandung unsur inner motivation, yaitu dorongan keingintahuan yang disertai upaya mencari tahu sesuatu.
      Selain itu pembelajaran perlu memberikan tantangan kepada siswa untuk berpikir, mencoba dan belajar lebih lanjut, penuh dengan percaya diri dan mandiri untuk mengembangkan  potensi diri secara optimal. Dengan demikian, diharapkan kelak siswa menjadi manusia yang berkarakter penuh percaya diri, menjadi dirinya sendiri dan mempunyai kemampuan yang kompetitif (berdaya saing).
Adapun ciri-ciri pokok pembelajaran yang menyenangkan, ialah:
a)      Adanya lingkungan yang rileks, menyenangkan, tidak membuat tegang (stress), aman, menarik, dan tidak membuat siswa ragu melakukan sesuatu meskipun keliru untuk mencapai keberhasilan yang tinggi;
b)      Terjaminnya ketersediaan materi pelajaran dan metode yang relevan;
c)      Terlibatnya semua indera dan aktivitas otak kiri dan kanan;
d)     Adanya situasi belajar yang menantang (challenging) bagi peserta didik untuk berpikir jauh  ke depan dan mengeksplorasi materi yang sedang dipelajari;
e)      Adanya situasi belajar emosional yang positif ketika para siswa belajar bersama, dan ketika ada humor, dorongan semangat, waktu istirahat, dan dukungan yang enthusiast.

Alhasil, dalam pembelajaran yang menyenangkan guru tidakmembuat siswa:
a.       Takut salah dan dihukum;
b.      Takut ditertawakan teman-teman;
c.       Takut dianggap sepele oleh guru atau teman.
Di sisi lain, pembelajaran yang menyenangkan dapat membuatsiswa:
a.       Berani bertanya;
b.      Berani mencoba/berbuat;
c.       Berani mengemukakan pendapat atau gagasan;
d.      Berani mempertanyakan gagasan orang lain.
3.             TEORI BELAJAR YANG MELANDASI PAIKEM
Banyak teori belajar yang menjadi landasan model PAIKEM diantaranya adalah Teori Jean Piaget, Teori Konstruktivisme, Teori Bandura dan Teori Bruner. Berikut akan dijelaskan beberapa teori yang melandasi model pembelajaran ini.
3.1         Teori Perkembangan Jean Piaget
Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan.
Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya skema-skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannyadalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan.
Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
a)      Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
b)      Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
c)      Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
d)     Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Jelas teori piaget tersebut menegaskan bahwa guru harus mampu menciptakan keadaan pembelajar yang mampu belajar mandiri. Artinya guru tidak sepenuhnya mengajarkan suatu bahan ajar kepada pembelajar, tetapi guru dapat membangun pembelajar yang mampu belajar dan terlibat aktif dalam belajar.
3.2         Teori Bandura
Bandura meneliti beberapa kasus, salah satunya ialah kenakalan remaja.Menurutnya, lingkungan memang membentuk perilaku dan perilaku membentuk lingkungan. Oleh Bandura, konsep ini disebut determinisme resiprokal yaitu proses yang mana dunia dan perilaku seseorang saling memengaruhi. Lanjutnya, ia melihat bahwa kepribadian merupakan hasil dari interaksi tiga hal yakni lingkungan, perilaku, dan proses psikologi seseorang. Proses psikologis ini berisi kemampuan untuk menyelaraskan berbagai citra (images) dalam pikiran dan bahasa.
Dalam teorinya, Bandura menekankan dua hal penting yang sangat mempengaruhi perilaku manusia yaitu pembelajaran observasional (modeling) yang lebih dikenal dengan teori pembelajaran sosial dan regulasi diri. Beberapa tahapan yang terjadi dalam proses modeling: Atensi (perhatian), Retensi (ingatan), Reproduksi, Motivasi
Seseorang belajar menurut teori ini dilakukan dengan mengamati tingkah laku orang lain (model), hasil pengamatan itu kemudian dimantapkan dengan cara menghubungkan pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya atau mengulang-ulang kembali. Berdasarkan pola perilaku ini, Guru harus bisa menjadi model bagi anak didiknya dengan selalu aktif kreatif, inovatif dan selalu menyenangkan ketika berhadapan dengan murid didalam kelas maupun diluar kelas.



3.3         Teori Bruner
Menurut Bruner, dalam prosses belajar siswa menempuh tiga tahap, yaitu:
1)      Tahap informasi (tahap penerimaan materi)
Dalam tahap ini, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari.
2)      Tahap transformasi (tahap pengubahan materi)
Dalam tahap ini, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual.
3)      Tahap evaluasi
Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau masalah yang dihadapi.
Aplikasi ide-ide Bruner dalam pembelajaran digambarkan sebagai berikut.
a.       Memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep yang dipelajari;
b.      Membantu siswa mencari hubungan antar konsep;
c.       Mengajukan pertanyaan dan membiarkan siswa mencoba menemukan sendiri jawabannya; dan
d.      Mendorong siswa untuk membuat dugaan yang bersifat intuitif
4.             CONTOH SITUASI  PAIKEM
Berikut ini beberapa gambaran situasi PAIKEM.
16








Gb. 1.a. ruang kelas yang menunjukkan ciri-ciri PAIKEM

4.1                   Pada pembelajaran konvensional meja dan kursi diatur menghadap ke papan tulis dan siswa duduk berjajar, namun tidak demikian pada PAIKEM. Meja dan kursi diatur sedemikian rupa sehingga dapat memberikan  kesempatan kepada siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok.


 








Gb. 1.b. Pembelajaran konvensional Gb. 1.c. Pembelajaran paikem
4.2                   Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar dengan cara berbuat (learning by doing).

3








Gb. 1.d. Belajar dengan cara berbuat/melakukan sesuatu/
learning by doing (Depdiknas (2005)

4.3                   Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk membuat pembelajaran menarik dan menyenangkan.
610






Gb. 2.a. siswa menggunakan alat bantu belajar (Depdiknas 2005)
Gb. 2.b. siswa menggunakan lingkungan       dalam proses belajar (Depdiknas 2005)
7Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang menarik dan menyediakan ”pojok baca”.
5 OK JPG
Gb. 2.c. Pajangan hasil karya untuk menghargai siswa dan menarik minat baca(Depdiknas, 2005)








4.4                   Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok yang mengoptimalkan tanggung jawab seluruh anggota kelompok dalam berpartisipasi dan  memberikan kontribusi positif.
1719






Gb. 3.a. siswa belajar berpasangan
      Gb. 3.b. siswa belajar kelompok
16








Gb. 3.c. Kegiatan siswa bervariasi yakni: kerja kelompok, kerja berpasangan, kerja perorangan, dan kegiatan belajar di kelas (Depdiknas, 2005)
4.5                   Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan masalah dan untuk mengungkapkan gagasannya, serta melibatkan mereka dalam lingkungan sekolahnya.





4Bpk Sulistyono







Gb. 4.a. Guru mendorong siswa dalam kegiatan pembelajaran(Depdiknas, 2005)
5.             PENERAPAN PAIKEM dalam PROSES PEMBELAJARAN
Secara garis besar, penerapan PAIKEM dalam pembelajaran dapat digambarkan sebagai berikut:
a.       Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
b.      Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
c.       Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan “pojok baca‟.
d.      Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
e.       Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
PAIKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama KBM. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut
Dengan penerapan seperti diatas Pendekatan pembelajaran PAIKEM dapat membawa angin perubahan dalam pembelajaran, yaitu:
a.       Guru dan murid sama-sama aktif dan terjadi interaksi timbal balik antara keduanya. Guru dalam pembelajaran tidak hanya berperan sebagai pengajar dan pendidik juga berperan sebagaifasilitator.
b.      Guru dan murid dapat mengembangkan kreativitas dalam pembelajaran. Guru dapat mengembangkan kreativitasnya dalam hal: teknik pengajaran, penggunaan multimetode, pemakaian media, dan guru dapat berperan sebagai mediator bagi murid-muridnya.
c.       Murid merasa senang dan nyaman dalam pembelajaran, tidak merasa tertekan sehingga proses berpikir anak akan berjalan normal.
d.      Munculnya pembahasan dalam pembelajaran di kelas.






















BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran serta perangkat dan setting PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif Menyenagkan) dengan Aktif berarti siswa berperan serta dalam pembelajaran dan tidak pasif, Inovatif berarti siswa bisa memberikan ide atau gagasan baru mengenai pembelajaran, Kreatif berarti siswa mengaplikasikan ide dan gagasan menjadi sebuah realisasi seperti membuat alat peraga, Efektif berarti pembelajaran memenuhi kompetensi, Menyenangkan berarti siswa lebih termotivasi karena pembelajaran tidak membosankan atau menakutkan, Dan siswa akan merindukan belajar kembali karena proses pembelajarannya menyenangkan.
 PAIKEM diterapkan dengan cara guru bertindak sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran siswa, sehingga apabila dalam proses pembelajaran tersebut ada siswa yang mengalami kesulitan memahami pelajaran dapat langsung ditanyakan kepada guru.
DAFTAR PUSTAKA
1)                  Alzahra-aisyah.2010. Makalah pengertian paikem.
2)                  Lie, A. 2002.  Cooperative  Learning :  Mempraktikkan  Co-operative Learningdi Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
3)                  Taslimuharrom. 2008. Metodologi PAKEM. Artikel Pendidikan.
htttp://id.wordpress.com/tag/artikel-pendidikan/  di akses tanggal 15 April 2015.
4)                  Krisno-agus. 2012. Makalah pembelajaran paikem.




SESI TANYA JAWAB
1.    LAILATUS  SA’ADAH
Apa yang dimaksud dengan “ia tidak hanya menyuapi siswa juga idak seperti menuangkan air dalam ember?”
2.      ACHMAD ROFI’UDIN
Apakah semua unsur yang terdapat dalam pendekatan pembelajaran paikem cocok diterapkan dalam K13?
3.      VITA ANDRIYANI
Apa yang dimaksud dengan pendekatan pebelajaran konvensional?
4.      DIGIT RADITYAWAN
Apakah pembelajaran paikem  harus menggnakan alat peraga teknologi seperti ppt, atau sebagainya?
PENYELESAIAN
1)        Yang dimaksud dengan hal itu adalah bahwa guru tidak hanya memberi materi dan penyelesaian saja pada murid, akan tetapi mendorong siswa untu berfiir, berusaha dan berkarya dalam menyelesaikan masalahnya sendiri. Jadi siswa tidak hanya menerima secara instan dari guru tanpa berusaha sedikitpun.
2)        Sudah psti cocok, jika semua unsur yang terdapat dalam paikem diterapkan dalam K13. Karena paikem itu sendiri adalah pendekatan pembelajaran K13.
3)        Pendekatan pembelajran konvensional adalah pembelajaran kuno dimana siswa hanya monoton menghadap ke papan tulis dan hanya diam mendengarkan penjelasan materi dari guru.
4)        Tidak, karena salah satu unsur paikem adalah kreatif dan menyenangkan jadi siswa bisa belajar diluar kelas seperti dilingkungan untuk menciptakan kenyamanan dan kesenangan bagi siswa.

1 komentar:

  1. TIP-TECH | TITOME ANTI-TECH | TITOME ANTI-TECH | TITOME ANTI-TECH
    TIP-TECH. chi titanium flat iron Description; titanium bar stock Reviews titanium knee replacement (0). Description; apple watch aluminum vs titanium Reviews (0). We recommend this product. TIPTECH. All you need to titanium dog teeth implants know.

    BalasHapus